Sabtu, 02 Juli 2016

Sidang Sapi

Adhy M. Nuur


Deretan meja membujur sangkar di ruang sidang, separuhnya sudah terisi orang-orang. Di deretan sebelah kanan diisi orang-orang bersafari, seperti biasanya orang berpangkat dan punya jabatan, paling tidak dia berkemeja formal. Di deretan tengah, orang berstelan biasa saja. Bisa ditebak, orang-orang dari kaum dagang, kaum kuli, dan kaum ternak. Di deretan sebelah kiri diisi sekelompok orang berpenampilan santai, kasual. Sedang, di deretan depan pimpinan sidang didampingi beberapa orang berkening kinclong, bisa dipastikan deretan depan itu orang-orang intelek.

Sidang resmi dibuka diawali kumandang lagu kebangsaan. Separuh orang lantang bernyanyi, separuh lagi cuma bergumam, mungkin lupa lirik lagunya. Setelah sambutan pimpinan sidang, orang-orang bergantian berbicara. "Bla..bla..bla... Pasokan daging sapi berkurang drastis dan menjadi langka. Sedangkan kebutuhan konsumsi dan permintaan pasar terus meningkat. Akibatnya, harga daging terus melonjak," terang seorang pejabat dari dinas perdagangan.

"...... sentra-sentra peternakan sapi lokal tak mampu mencukupi kebutuhan, produktivitas menurun, suplai mengendur," kata seorang pejabat dinas peternakan.

"..... meskipun pakan memadai, tapi pertumbuhan sapi dari waktu ke waktu semakin menurun, banyak sapi kurus," seorang peternak giliran bicara. Ditambahi seorang jagal, "... banyak sapi yang memberontak ketika hendak dipotong. Kami menunggu sapi ikhlas dijagal. Kadang harus tunggu sapi lengah, malah kami terpaksa memakai kekerasan."

 "..... bukan saja langka, kebanyakan daging sekarang rasanya sedikit kecut dan cepat busuk. Bila terus-terusan begini, rugi kami pak. Masyarakat bakal kekurangan protein hewani," pengusaha sapi angkat suara.

"Sekarang itu banyak sapi bertingkah aneh saat digembalakan. Kadang-kadang mogok makan, berguling-guling tak karuan. Kadang sangat pasif, dan kadang lebih agresif. Yang paling aneh, sapi-sapi punya bos saya tidak melenguh, tapi menggonggong," seorang penggembala ikut bicara. Sang pimpinan sidang berkerut dahi. ***

Sesi kedua sidang diisi dengan pemutaran video di layar proyektor di sudut kanan depan. Video pertama menampilkan adegan percakapan dua orang pengurus ternak di sebuah kandang sapi. Kata si pembuat, video itu direkam oleh CCTV canggih yang dilengkapi dengan penyadap suara supersensitif. Suaranya jernih terdengar.

"Itu di luar konteks bahasan sidang. Apa istimewanya video percakapan orang-orang yang memperbincangkan masalah negeri ini, masalah ekonomi sulit, BBM, korupsi, jalan macet di sana sini, banjir, dan masalah lainnya.... " interupsi seorang pejabat dari dinas peternakan. Interupsi tak begitu digubris pimpinan sidang.

Tamat video pertama, selanjutnya video kedua diputar. Cuplikan adegan pertama menyorot kumpulan sapi di sebuah kandang. Persis seperti yang dikatakan penggembala, sapi bertingkah aneh. Ada sapi menggaruk-garuk leher dengan kakinya, ada yang berguling-guling mirip atlet gulat. Sapi yang lain, bahkan membentur-benturkan kepala pada bak penampungan pakan.

 Cuplikan adegan kedua menyorot keributan sapi-sapi. Terekam jelas, suara-suara sapi yang tak biasa seperti lajimnya lenguhan sapi yang konstan. Lenguhan suara sapi saling bersahutan, mirip perdebatan dalam suatu sidang. Dari intonasi dan tekanan suara, ada yang beintonasi cepat tertekan, ada yang mengalun pilu, ada juga yang berintonasi tinggi dengan aksen menghardik.

Seketika hujan interupsi dari beberapa orang di deretan kiri, kanan, dan tengah. "Apa hubungannya video itu dengan topik masalah yang kita bahas? Itu sudah di luar konteks bahasan sidang!" seorang berpenampilan kasual berinterupsi, ditimpali celetukan sebagian anggota sidang.

"Harap tenang semua peserta sidang!" pimpinan sidang menenangkan. "Silahkan kepada pembuat video untuk menjelaskan!"tukasnya.

 Seorang pria di sebelah kiri pimpinan sidang angkat bicara, "Justeru inilah akar masalah yang kita hadapi. Kami melakukan penelitian ini selama dua minggu. Kami merekam dan..."

"Apa hubungannya video itu dengan masalah ini? Ini bukan sesi jam kuliah di kampus pak dosen, ini sidang!" potong seorang pejabat dinas perdagangan.

"Tolong diperhatikan baik-baik lebih dahulu penjelasan saya. Setelah itu, anda semua bisa mengajukan pertanyaan atau sanggahan. Pertama, yang akan memberikan penjelasan adalah Prof. dr.h., Anu, M.Psi., beliau seorang psikologi perilaku hewan," katanya, sambil mempersilahkan pria paruh baya di sebelah kanan pimpinan sidang.

Kata Profesor Anu rekaman itu salah satu bukti fenomena sapi yang diindikasikan tertekan, stress, memberontak, dan gila. Katanya sapi juga bisa mendengar dan merasakan. Intinya, sapi bisa juga berempati. Penyebab sapi stress dan menggila, karena banyak mendengar masalah-masalah negeri ini, keboborokan politik, kemaksiatan, korupsi berjamaah, dan kekacauan lain bangsa ini. Stress mempengaruhi metabolisme sehingga produktivitas sapi menurun sangat signifikan.

Pria tadi yang katanya pernah bekerja di Pentagon sebagai kriptografer, melengkapi, "Diamati dari gestur dan bahasa tubuh, dapat kita indikasikan bahwa perilaku aneh itu adalah respon aktualisasi dari sapi. Itu cara sapi menyampaikan keprihatinan terhadap keadaan bangsa ini, bisa juga itu sebagai ungkapan aspirasi dan pemberontakan terhadap perlakuan manusia. Sapi-sapi protes sebab keberadaan mereka kurang dihargai, misalnya karena banyak sapi yang digelonggong dahulu sebelum dijagal. Ini ungkapan protes sapi pada manusia yang kurang berkepribinatangan."

 Sang kriptografer itu berhasil merancang piranti lunak komputer yang dapat menerjemahkan suara sapi ke dalam bahasa manusia. Dia membacakan transkrip suar sapi yang sudah diterjemahkan program cowtranstool temuannya. Selanjutnya dia memperdengarkan hasil konversi suara sapi yang telah diterjemahkan menjadi suara manusia. Pimpinan dan beberapa orang-orang mengangguk, ada yang garuk-garuk kepala, ada pula seorang yang hanya mengupil acuh. ***

Sesi ketiga sidang diisi dengan pencarian solusi dengan menjaring saran pendapat dan musyawarah mufakat. Masing-masing anggota sidang mengemukakan pendapat, ada yang hanya idem saja. Singkat cerita, setelah melalui perdebatan dan perang interupsi yang berkecamuk di ruang sidang, akhirnya pemimpin memutuskan hasil sidang.

".... Setelah menjaring pendapat dan melakukan voting, maka dengan ini memutuskan bahwa untuk mengatasi permasalahan ini harus ditempuh dengan meningkatkan impor daging sapi beserta sapi hidup. Hal itu mengingat sapi-sapi lokal banyak yang stress, depresi, dan menggila, sehingga kualitasnya memburuk. Serta, mempertimbangkan bahwa sapi-sapi hidup yang diimpor dari luar negeri adalah sapi berkualitas karena sehat tubuhnya dan waras mentalnya. Sapi-sapi luar lebih banyak mendengar dan merespon hal-hal yang positif. Sapi diperlakukan lebih layak dengan kualitas pakan dan fasilitas peternakan yang lebih memadai. Orang-orang dan peternak pantang membicarakan kejelekan negerinya di depan umum, termasuk di depan binatang. Mereka bahkan pandai menutupi kejelekan dan lebih mengembor-gemborkan kelebihan negerinya." Pimpinan sidang jeda sejenak untuk mengambil nafas. "

Sebagian sapi hasil impor akan dicampurbaurkan dengan sapi lokal, hal itu agar sapi impor dapat memberikan pengaruh positif pada sapi lokal. Selain itu, sapi lokal akan dikawinkan dengan sapi impor untuk menghasilkan bibit anak sapi yang berkualitas tubuh. Hasil sidang juga menghasilkan saran himbauan kepada seluruh peternak dan seluruh masyarakat agar tidak memperbincangkan hal-hal negatif mengenai negeri ini di depan sapi-sapi."

 "Sebagai penutup, sidang menghasilkan keputusan untuk memberikan saran pada pemerintah pusat untuk meningkatkan jumlah kuota impor daging dan sapi hidup. Serta, saran untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana peternakan sapi. ........ dan terakhir, hasil sidang memberikan rekomendasi pada komisi khusus legislasi untuk menangani dan mengawasi peningkatan quota impor sapi. Dengan ini, sidang dinyatakan... ditutup!"

Di sela meninggalkan ruang sidang, seorang pengusaha sapi mendekati pimpinan sidang. "Komisi khusus itu bagaimana dan siapa saja ya pak?" tanya sang pengusaha.

Sambil lirik kanan kiri sang pimpinan sidang menjawab, "Tenang, komisi itu rekan-rekan dan kolega di partai saya."

 "Oh, begitu ya. Berarti kita tetap cincai ya pak?" bisik sang pengusaha. Sang pimpinan mengedipkan mata dan mengakhiri dengan jabat erat perpisahan. ***

Maret 2013

baca juga cerpen yang lain di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates