Sabtu, 09 Juli 2016

Rindu itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi - Stadium 1-14

Adhy M. Nuur


RABU malam, Ujang Sukana kecil terserang demam. Panas badan cukup tinggi, diiringi keringat dingin mengucur deras. Asih membawa Ujang Sukana ke klinik 24 jam. Kata dokter klinik, bayinya demam panas biasa dan hanya dibekali sirup penurun panas.

Semalaman Asih terjaga. Hingga pagi, demam sang bayi tak juga reda. Asih membawa ke Puskesmas, dan tak jauh beda dengan klinik tadi malam, juga diberi sebotol sirup penurun demam.

Sampai siang hari, demam Ujang Sukana kecil malah tambah tinggi. Asih semakin khawatir. Mak Acem berinisiatif memanggil Mak Ecin, paraji yang piawai dalam urusan persalinan dan pengurusan bayi. Mak Ecin memijat-mijat dan mengurut perlahan beberapa bagian tubuh Ujang Sukana. Mak Ecin komat-kamit melafal doa pada segelas air putih, lalu menyemburkan di kepala si bayi. Ditutup dengan membaluri ubun-ubun Ujang Sukana kecil dengan beberapa ruas panglay[1] yang sudah dihaluskan. Menjelang sore, demam dan panas badan sang bayi perlahan menurun.

Tengah malam, panas badan Ujang Sukana kecil kembali meningkat drastis. Asih dan Mak Acem makin kelabakan saat sang bayi kejang-kejang disertai busa keluar di mulutnya. Mak Acem meminta bantuan Mak Ecin lagi. Lepas kedatangan sang paraji itu, kejang-kejang Ujang Sukana berhenti. Untuk sementara Asih merasa sedikit lega.

Dua hari kemudian, demam panas dan kejang-kejang Ujang Sukana kambuh lagi. Sehari kemudian terjadi, dua hari kemudian, dan seterusnya hingga hampir dua hari sekali demam dan kejang sang bayi rutin kambuh. Asih mengusahakan berobat ke puskesmas, bahkan menjalani rawat inap dua hari lamanya di rumah sakit, tak juga dapat menghentikan demam dan kejang-kejangnya. Sebulan lebih sang bayi akrab dengan demam dan kejang yang acapkali kambuh tiap satu sampai dua hari sekali.

Puskesmas dan dokter sudah dikunjungi, tak membuahkan hasil. Asih mendatangi Ki Anom, paranormal terkenal di daerah itu, untuk mengusahakan pengobatan Ujang Sukana. Menurut peneropongan sang paranormal, supaya sembuh, katanya Asih harus mengganti nama sang bayi. Awalnya terasa tak logis bagi Asih. Dia pikir tidak ada hubungannya nama dengan sakit sang anak. Tapi kata hati Asih berbisik, tak ada salahnya mencoba. Asih menyetujui saja mengganti nama sang anak sesuai usulan nama dari Ki Anom, "Permana Kusuma". Sang paranormal membekali Asih buntelan kain hitam kecil yang diikat dengan lilitan kulit kambing untuk dikalungkan di leher sang bayi, entah apa isinya, kata sang paranormal buntelan itu berkhasiat sebagai perlindungan.

Sejak pergantian nama dari "Ujang Sukana" menjadi "Permana Kusuma", seminggu demam disertai kejang-kejang sang bayi tak kambuh. Walau telah diumumkan lewat prosesi bubur merah bubur putih, tak banyak yang tahu. Orang-orang masih sering memanggil bayi Asih dengan panggilan Ujang tanpa embel-embel Sukana yang menyertai. Ujang adalah nama panggilan yang lazim dipakai anak laki-laki di masyarakat Sunda. Beberapa minggu kemudian, sang bayi yang kemudian lebih terkenal dengan nama Ujang Permana, demam dan kejang-kejangnya hanya sekali kambuh.




[1] Zingiber Cassummunar roxb. Tanaman umbi sejenis jahe, banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan herbal.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates