jangankan kepingan udara mendekap tubuh nan oleng
ditingkap sepi masih bergemuruh
seribu rintik gerimis menyaru menjadi sepasang kekasih
akankah kita tak tergoda olehnya
lalu adzan kembali menyapa rongga telinga
genta gereja melempar-lempar rayuan
kita yang tengah diperolok dan dimanja dalam ketaktahuan
malah mengejek nasib sebagai takdir yang tak adil
sedangkan di kedua tangan kita kukuh menggenggam belati
untuk menikam setiap khabar burung tentang mimpi buruk
gedebut! Labuh tina tangkal toge
kau sarungkan lagi kenangan lama tentang cerita lama
saat kesedihan dan kesenangan tak ada bedanya
kita hanya asyik merumuskan cybersintax
sedangkan kita dipaksa onani
wer du yu go may lop?
ajak aku untuk ucang angge dalam sipuhan cinta kita
biar antara kita tak saling tertikam rasa rindu
padahal cinta kita lahir dari rahim kebencian
kau malah bermain-main dengan apologi pria dan wanita
tentang kesetaraan puncak anatomis kita
bahwa setiap sentuhan akan meredamkan kebingungan kita
antara harus mencintai dan harus bergumul dengan perpisahan
duh katineung ati tumekaning rasa
panglayar geus teu hawar
kabendon ku panyawang ringrang
kageugeut nu raket deuket geus teu paheut
duh, yai, dimana anjeun
ieuh nitip kalakay rasa, meh sieup
bae sina tinemu,
where a tears there a fears
whatever flower not to shine even just cold
i can find some smile in the bionic instinct about inner victim soul
flower mustn’t always descripted love and hurts
lalu kemana kita melangkah lagi
sedang surga tempat kita lepas tertawa digigiwing ucing
Bandung 110307
Kamis, 22 Januari 2009
Langganan:
Postingan (Atom)