Sabtu, 09 Juli 2016

Rindu itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi - Stadium 1-15

Adhy M. Nuur
BERANJAK dua tahun usianya, Asih seringkali membawa Ujang Permana kecil ke pasar, menemani berdagang. Bocah tumbuh dengan perawakan gempal, berambut ikal tipis, mudah akrab, membuat orang-orang di sekitar pasar gemas ingin menimang. Ujang Permana kecil anak pasar, menjadi anak dari pedagang-pedagang di pasar Cicadas. Sang bocah berpindah-pindah asuhan, dari pedagang satu ke pedagang lain. Manakala di asuh pedagang beras, sang bocah asyik bermain di atas tumpukan beras. Kadang dia tertidur di dalam tolombong[1] sayuran. Kadang juga Ujang Permana kecil anteng di bawah asuhan Si Gila.

Saking seringnya bergiliran diasuh beberapa pedagang, Ujang Permana kecil tidak punya bau khas yang konsisten seperti bayi umumnya. Hari Sabtu bocah berbau jengkol, hari Minggu berbau ikan asin, Senin bau bawang dan rempah, Selasa bau anyir ikan basah, bau beras di hari Rabu, Kamis bau kembang dan kemenyan. Sedangkan hari Jumat, Ujang Permana hampir tak berbau. Hari itu Ujang Permana kecil libur ikut ke pasar.

Walau ekonomi pas-pasan, bahkan adakalanya krisis, tapi Ujang Permana kecil tak kekurangan makanan. Ada saja yang memberikan makanan. Dari pedagang buah seringkali mendapatkan setandan pisang atau sekantung jeruk. Dari pedagang ikan sering dibekali beberapa ikan. Bahkan dari orang-orang yang berbelanja, bocah itu sering mendapat makanan dan mainan. ***



SENIN malam, blok sayur gempar. Ujang Permana kecil kembali kejang-kejang disertai mulut berbusa. Penyakit lama bocah itu kambuh lagi. Asih membawa Ujang Permana kecil ke rumah Mak Ecin. Seperti yang sudah-sudah, usai ditangani paraji itu penyakitnya mereda. Selang sehari kambuh lagi, dan seterusnya hingga sering terjadi. Ujang Permana kecil kembali berobat ke puskesmas, dua hari sembuh. Esoknya kumat lagi. Obat penurun demam pun hanya mampu menahan kekambuhan selama lima hari. Kemudian, sakit bocah itu kembali kambuh. Dokter pun dikunjungi tapi hasilnya masih jauh dari yang Asih harapkan.

Asih mendatangi Ki Anom kembali untuk mengusahakan pengobatan Ujang Permana. Untuk kedua kali, sang paranormal tidak mendapati teropongan atau ilham apa pun. Ujungnya, Ki Anom hanya berpendapat sendiri sepertinya si bocah harus ganti nama lagi. Kali ini sang paranormal tak punya usulan nama sebagai pengganti nama Ujang Permana Kusuma.




[1] Sejenis keranjang dari material bambu yang anyamannya rapat.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates